Evan. Aku menyukainya, aku menyukainya bukan karna wajahnya mirip dengan seseorang yang pernah singgah di hatiku, tapi karna aku selalu merasa... Entahlah, aku tak tau perasaan apa yang aku rasakan saat berada di dekatnya, yang pasti aku menyukai perasaan itu, perasaan yang selalu membuatku bahagia, perasaan yang sama ketika aku menyukai Novan. Perasaan yang aku tak tahu sejak kapan datangnya, yang aku tahu, begitu aku kehilangannya di kecelakaan itu aku baru sadar, aku sangat menyukainya, aku sadar jika aku memang sangat menyukainya. Arhhh..
Kenapa aku harus mengingat dia lagi, hanya saja aku tak pernah bisa menghapus Novan dari hatiku. Novan!, Evan!, Tuhan, mengapa kau ciptakan meraka dengan wajah yang sama, mungkin ini memang takdir, tapi ini sungguh takdir yang berat untukku jalani. Sudahlah.
Novan adalah sahabat ku, aku selalu bersamanya, dari TK, SD, SMP, dan sekarang SMA, anehnya aku dan Novan selalu masuk dalam kelas yang sama, aku tak keberatan, karna aku memang selalu ingin berada di dekatnya. Aku sangat dekat dengannya, sampai-sampai banyak orang yang mengira aku pacaran dengan Novan, aku sih tak pernah keberatan di gosipin pacaran sama Novan, karna aku memang selalu berharap jadi pacarnya, dan kelihatannya Novan juga tak keberatan, tentu saja dia tak keberatan, dia pasti hanya menganggapnya sebagai candaan dan tak pernah menghiraukannya. Sudahlah, hati ku semakin sakit jika aku semakin bernostalgia tentang Novan, lagi pula Novan sudah tak berada di sisiku lagi. Dia mati. Kau tau kenapa dia mati? Dia melindungiku, dia bodoh, dia idiot, kenapa dia harus melindungiku, harusnya aku saja yang mati. Huh, akan ku ceritakan saja...
Sore itu aku pergi ke pusat perbelanjaan bersama Novan.
'' apa kau yakin mau ngasih kalung ini buat gebetanmu?'' tanyaku penasaran. ''tentu saja aku yakin'' jawab Novan tegas. ''ooohhh'' desah ku sambil menahan kesal yang telah bercampur dengan rasa cemburu, bagai mana tidak, mana mungkin aku tidak cemburu melihat seseorang yang ku cintai, akan memberikan kalung pada orang lain selain aku. Padahal aku sangat ingin kalung itu, batin ku, kalung itu sangat cantik, sebuah kalu berbentuk bintang yang ditaburi berlian dan terdapat lubang berbentuk hati di dalamnya, di tambah lagi harganya yang tidak bisa di bilang murah, mana mungkin ada wanita yang bisa menolak!!
Aku penasaran siapa gebetan Novan? batinku.
''emb... Novan...!!'' panggilku setengah bertetiak sambil berjalan cepat mengejar Novan yang berada jauh di depanku. '' apa Rani cantik...'' balas Novan panjang, aku agak kaget mendengarnya, karna ini kali pertamanya dia memanggilku 'cantik'. '' apa aku boleh tau siapa gebetanmu itu?'' tanyaku ragu-ragu. ''baiklah'' jawab Novan singkat. ''benarkah?'' tanyaku memastikan. '' ya pada hari ulang tahunmu'' jawab Novan sambil cekikian. Mendengar jawaban itu aku langsung memasang wajah cemberut, dan berjalan cepat mendahului Novan. Dari belakang aku dapat mendengar suara cekikiannya dengan jelas. Kenapa aku bisa menyukai orang sebodoh Novan..?? Huaaa... Aku penasaran siapa orang yang disukai Novan..?? keluhku dalam hati. ''Nyebelin padahal banyak banget cowo yang ngantri jadi pacarku. Tapi kenapa Novan enggak?'' omelku tak tentu arah. Aku rasa Novan juga menyukaiku, hanya saja dia menyukai ku sebagai sahabat, tidak pernah lebih. Dan tidak akan pernah lebih dari sahabat. Aku semakin kesal dan memutuskan berjalan lebih cepat. Aku berjalan jauh di depannya sampil mengumpat kesal. Hanya saja aku tak berani terlalu jauh darinya, andai saja ini masih tengah hari, pasti aku sudah menyetop bus dan langsung pergi meninggalkan Novan, tapi mana ada bus pukul 9 malam, terpaksa aku harus tetap berada di dekatnya, tapi aku senang. Aku berjalan terus ke depan, jarak ku dengan Novan hanya berkisar 5 meter. Aku tidak mau menambah jarak lagi dengannya. Aku masih berjalan cepat dengan setengah sadar, hingga aku berhenti dan mendapati sebuah cahaya yang sangat menyilaukan mataku datang dari arah kanan, benda itu mendekat ke arah ku, aku mendengar bunyi kelakson sangat keras. Aku mulai sadar, aku langsung berteriak dan menutup mata ku. Satu-satunya hal yang ku ingat adalah Novan. Mungkin ini detik-detik terakhir aku bersamanya. Trimakasih Novan, I LOVE U, GOOD BYE..
***
Badan ku terasa berat, aku di mana..?? Au.. Kenapa kepalaku terasa sakit sekali??
aku membuka mata dan kudapati semua keluarga dan beberapa sahabatku disana. '' aku ada di mana? Ini tidak terlihat seperti kamar ku?'' tanyaku bingung. ''kamu di rumah sakit Rani, kata dokter lusa kau sudah bisa pulang'' jelas Arsha, salah satu sahabat terbaikku. '' ru..rumah sakit, memangnya aku sakit apa..?? Apa yang terjadi??'' tanyaku mulai panik. Hening. Tak ada yang mau menjawab. Aku baru sadar, seseorang yang ku sayang tak ada diantara mereka. ''dimana Novan..??''. Semua kembali hening, tak ada yang mau menjawab, semuanya menunduk. Suasana menjadi..., tidak, ini lebih tepat ke sebuah firasat buruk. Aku mengulangi pertanyaanku. Tapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengangkat kepalaku ''au..!!'' rintih ku. ''tunggu Sandra, lukamu masih belum sembuh'' tandas Arsha. '' benar Rani, lebih baik kau istirahat sampai lukamu sembuh'' tambah Zalsa. Aku tidak menghiraukan perkataan kedua sahabatku. ''tu..tunggu sebenarnya apa yang sedang terjadi..?? Kenapa aku bisa berada di rumah sakit, dimana Novan..?''tanyaku mulai histeris. Beberapa melihatku dengan tatapan kasihan, aku semakin tidak mengerti. Aku mulai takut, aku mengulangi pertanyaan ku, namun tetap tak ada jawaban, aku mulai gelisah, air mata ku mulai membasahi pipiku, aku mulai menangis keras,air mataku tak bisa berhenti mengalir. aku berteriak dan mencoba berdiri. ''Rani..!!'' bentak ayah keras. Aku diam namun masih tak dapat menghentikan tangisku. '' DIMANA NOVAN..!!??'' tanyaku dengan membentak. Tak ada suara, masih hening. Aku mendengar seseorang terisak, suara isak tangis itu milik ka' Egit, ini kali pertama ku melihat ka' Egit menangis, setahu ku dia adalah orang yang tegar, pasti ada sesuatu yang benar-benar buruk terjadi hingga membuat ka' egit menangis,firasatku mengatakan ada hal buruk yang terjadi. Ka' egit menengok ke pada ku dan mulai melangkah maju ke arah ku, aku hanya bisa duduk di tepi ranjang karna kepalaku masih terasa sakit, dia berhenti setelah berada tepat di depan ku, dia menatapku lembut. dia menggenggam lembut kedua tangan ku ''ka'?'' ucap ku sambil mulai terisak ''tenanglah Rani, semuanya baik-baik saja'' kata ka' Egit sambil menangis, aku tau ka' Egit pasti berbohong ''sebenernya ada apa ka..? Dimana Novan, aku pingin ketemu Novan ka..?'' pintaku sambil menangis keras '' maaf, Rani kakak rasa kamu gak akan bisa ketemu Novan lagi'' jawab ka' Egit sambil memeluk ku, air mata ku semakin tak terbendung, aku masih tak percaya, ''Novan pembohong, katanya dia mau kasih tau siapa gebetannya, ka' Egit juga pembohong ga mungkin, smua yang di katain ka' Egit pasti bohong..!! Aku benci kalian semua. Aku turun dari tempat tidur dengan pandangan kosong, aku masih belum percaya dengan apa yang baru saja ku dengar, aku langsung memporak-porandakan semua yang ada di depanku, beberapa buah dan makanan di meja ku singkirkan, tanpa ku sadari aku sudah menghancurkan setengah properti yang ada di ruang tempat aku di rawat, beberapa orang mencoba menghentikan ku, aku tak peduli sampai tubuh ku terasa lemas. Mataku berat. Akupun tertidur.Dokter membiusku.
***
Aku membuka mataku dan ku dapati aku tengah berada di kamar ku, dan tak seorang pun, berarti aku tidak sakit, tak ada yang menjengukku, ternyata hanya mimpi buruk, syukurlah.. Batinku. Aku mencoba bangun, dan aku merasakan kepalaku sangat sakit '' Au..!!'' teriakku. Mama langsung masuk ke kamarku setelah tahu aku sadar ''astaga, Rani ga usah di paksain sayang, kamu masih sakit'' cerocos mama '' ha..? Sakit?? Emang aku sakit apa?!?'' tanyaku bingung '' sudahlah, ga usah dibahas, nih mama udah buatin bubur ayam spesial, bisa makan sendirikan..?'' tanya mama memastikan '' iya, ma..'' jawab ku manja. ''kalau begitu mama keluar dulu, jangan lupa habiskan buburmu'' ucap mama sampil keluar dari kamarku. Aku hendak memakan bubur ayam yang dibuat mama, hanya saja aku kembali terpikir akan mimpiku, aku tak tau itu mimpi atau nyata, aku melamun cukup lama, sampai ''drrt..drrt..drrt'' hp ku bergetar tanda ada panggilan masuk, aku melihat siapa yang menelfonku ''Arsha'' desahku, aku langsung memencet tolbol hijau dari hp ku dan langsung menempelkan hpku ke telinga sebelah kanan '' hallo, kenapa sha..?''
'' eh, ternyata udah siuman, aku denger dari mama kamu, katanya kamu udah siuman, syukurdeh''
''ha..!! Maksud kamu ..?''
'' huh, ya ampun Sandra... Jangan-jangan pas kecelakaan kepala mu terbentur benda keras ya, trus kamu jadi amnesia gini''
'' kecelakaan..??''
'' astaga Rani, masak kamu udah lupa sama kejadian di rumah sakit, huh mentang-mentang udah ngancurin properti rumah sakit trus mau lari dari masalah pake pura-pura amnesia''
Hah..? Kejadian di rumah sakit..?? Jangan-jangan yang kemaren itu bukan mimpi..??
Ga mungkin, Novan ga mungkin..
Dada ku mulai sesak, seluruh tubuh ku melemas, hp yang berada di genggamanku terjatuh begitu saja, terdengar suara Arsha yang terus memanggil namaku, dan akhirnya terputus. air mata ku mulai menetes, aku tak tau sudah berapa kali aku mengis gara-gara Novan. Aku memungut kembali hp ku dan langsung melihat panggilan terakhi, aku mencari nama ''Novan jelek'' dan langsung memencet tombol hijau, tersambung...
''haloo..??'' sebuah sosok putih terang tepat berada di depanku dengan kepala berada di bawah.
''akh....''
''Wa...''
Benda putih itu mendekap mulut ku dari belakang ''Rani .. Diem ini aku Novan''kata benda putih itu yang mengaku sebagai Novan. Aku yang mendengengar itu langsung diam dan menatap lekat benda itu, itu memang benar Novan '' ternyata kau masih hidup Novan..??!!'' tanyaku sambil memeluknya ''tidak Rani, aku memang sudah mati'' ucap Novan singkat. '' hahahaha, leluconmu tidak lucu Novan, sekarang aku ingin kau singkirkan benda putih yang melekat di tubuh dan berhenti bercanda'' bentakku. '' tidak Rani, benda putih ini akan selalu melekat padaku, dan sekarang aku tidak sedang bercanda'' kata Novan dengan mimik wajah yang menakutkan. Aku menatapnya dari atas ke bawah, ada bulatan berwarna kuning cerah di kepalanya, dan Novan tidak sedang menginjak lantai kamarku, singkat kata, dia melayang, aku mulai berkaca-kaca ''jangan menangis Rani'' sambil mengusap air mata di pipiku, aku bisa merasakan betapa dinginya tangan Novan '' bagaimana aku tidak sedih melihatmu seperti ini..??'' tanyaku prihatin. Novan hanya menarik nafas panjang. ''kenapa kau bisa mati??'' tanyaku. Novan hanya menggeleng lemah '' maaf, aku melukaimu, apa luka kepalamu sudah sembuh..??'' tanya Novan balik. Sekilas aku teringat kejadian malam itu, jangan-jangan lampu dan suara klakson itu, pasti ada kecelakaan, tunggu, tapi kenapa Novan yang mati, dia berada 5 meter di belakangku dan tak mungkin ikut tertabrak, jangan-jangan '' aku menyelamatkanmu'' kata Novan seolah-olah dia dapat membaca pikiranku. Aku menatapnya dengan tatapan benci ''kau bodoh, kenapa kau menyelamatkanku..?'' tanyaku sambil memukul-mukuli dadanya, Novan langsung mendekapku dalam pelukannya, aku mulai tenang '' tenanglah Rani, aku punya permintaan terakhir untuk mu, maukah kau menurutinya..?'' tanyanya. Aku hanya bisa mengangguk lemah ''kalung yang dulu ku beli, terjatuh di semak-semak dekat tempat kecelakaan itu, mau kah kau memberikannya pada orang yang ku cintai'' aku tak peduli betapa sakitnya perasaan ku saat mendengar kata-kata itu, yang penting dia bahagia. Aku pun mengangguk dalam pelukaannya.
***
One week later
'' kau yakin kau menjatuhkan kalungnya di sini..?'' tanyaku. '' tentu saja, aku masih ingat jelas'' jawab Novan tegas.
Aku hanya tersenyum dan melanjutkan mencari, beberapa jam mencari tanpa hasil, membuatku lelah sekaligu bahagia, karna aku dapat berada di dekat Novan kembali. '' besok adalah ulang tahun ku, jadi besok aku mau break dulu cari kalungnya'' ucapku ''baikah'' jawab Novan singkat.
***
Esoknya
''selamat ulang tahun Rani dan selamat datang kembali'' ucap beberapa temanku bebarengan saat aku memasuki ruang kelas ''terima kasih semuanya, aku benar-benar terkejut, kalian mempersiapkan ini semua dengan sangat baik'' puji ku pada teman-teman kelas ku. semuanya berjalan sangat lama, setelah mendapat ucapan dari teman sekelas ku aku langsung melarikan diri sebelum ditanya aneh-aneh tentang kecelakaan yang menimpaku. Aku selalu menenangkan pikiranku di bangku dekat pohon apel di sekolahku, semuanya sangat tenang sampai suara yang sangat melengking memanggilku.
''Rani, aku menemukan kalungnya'' ucap Novan di suatu pagi ''hah..!! Kau menemukannya dimana??'' tanyaku penasaran '' di semak-semak tentunya, kau saja mencarinya tidak becus'' ucap Novan sembarangan. '' huh, menyebalkan, harusnya kau bilang trimakasih karena sudah ku bantu'' cerocosku ''untuk apa berterima kasih, inikan aku yang menemukan'' balas Novan ''dasar tidak tau terima kasih'' omelku '' huh, orang yang ku sukai udah ku beritau, dia ku suruh pulang sekolah untuk ke sini nanti, kau nanti kesini ya menyerahkan kalung ini padanya'' kata Novan sambil menyerahkan sebuah kotak berwarna merah hati padaku.
''baiklah'' jawabku ''tunggu, kau kan sudah mati, bagai mana kau bicara pada orang yang kau sukai, dia pasti mengira kau hantu dan tak mau menemuimu'' tanyaku ''tenanglah, aku tahu bagaimana menangani ini'' jawan Novan yakin
''Baiklah, terserah kau'' jawab ku
Aku harus siap-siap mental
***
Aku menunggu seseorang yang sama sekali belum ku kenal, seseorang yang telah menjadi pujaan hati orang yang sangat ku sayangi, orang yang akan menghancurkan hatiku ketika aku bertemu dengannya beberapa saat lagi, orang yang sangat ingin ku gantikan posisinya, aku tau kini air mataku telah terbendung dan hampir meluap dimata indahku, aku akan berusaha tetap terlihat tegar di depannya, di depan orang yang sangat ku cintai, di depan Novan.
''huh, aku sudah menunggunya sejam tapi orang yang kau suka tak kunjung datang, apa kataku, dia pasti ketakutan karna mengira kau hantu dan tak mau menemuimu, sekarang jadi aku yang susah, kau beruntung punya teman sebaik aku'' omel ku. Aku menaruh kotak kecil berisikan kalung cantik ini di pinggir bangku, aku tak sanggup lagi memandangi benda pemberian orang yang ku sayangi untuk gadis lain.
''tidak, dia sudah disini sejak tadi, orang yang sangat ku sayangi'' bantah Novan ''maksudmu..??'' tanyaku tak mengerti ''Rannii..'' kata Novan, sesaat aku melihat Novan biasa saja, sampai aku sadar, tubuh Novan mulai menghilang ''No..Novan, kau..??'' ucapku tak percaya '' aku sudah mati Rani, duniaku berbeda dengan dunia mu, dan tak seharusnya aku berada disini, sekarang benda itu milikmu'' ucap Novan, tubuh Novan yang tadinya utuh kini telah separuh menjadi asap, aku mencoba menyentuhnya, namun sudah terlambat aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Aku menangis dibangku dekat pohon apel sendirian, aku mencoba tenang, namun tak bisa, tak kan pernah bisa. Novan kau adalah satu-satunya yang dapat menjadi penghuni dihati ku selama 12 tahun, dan takkan semudah itu membuang perasaan yang telah terpendam cukup lama ini. Aku memandangi langit, cukup lama, aku melihat segerombol awan, indah sekali, aku baru sadar awan itu membentuk sebuah kalimat, aku menyipitkan mataku dan mulai membaca '' I LOVE YOU, GOOD BYE'' sebuah kalimat yang sangat sederhana, namun sangat berarti bagiku, aku tau itu Novan yang menulisnya untuk orang yang ia cintai, aku selalu berharap Novan mengukir kata-kata itu untukku, trimakasih Novan, aku akan mengatakannya pada orang yang kau sukai, meskipun aku tak tau siapa orang yang kau maksud, aku berjanji. aku tersenyum tipis dan terus memandangi satu kalimat indah itu..
''au...'' rintih ku, buah apel kecil yang terlihat hijau dan masih mentah menimpa kepalaku dan menggelinding tepat di depan kotak kecil dari Novan. Aku memungut buah apel tadi, ''bagaimana bisa buah apel yang masih kecil terjatuh dari pohon, lagi pula ini juga bukan musim apel'' pikirku, sebuah kata terlintas dipikiranku ''Novan'' mataku terbelalak lebar, aku buru-buru membuka kotak kecil berwarna merah itu dan mendapati kalung cantik berlubang berbentuk hati, cantik sekali, ada sepucuk surat kecil yang di gulung di lubang kalung itu, aku membuka gulungannya dan membaca...
Rani, aku tak pernah sekalipun menyukai seseorang selain dirimu, maafkan aku, aku tak mau menodai persahabatan kita, sehingga aku hanya bisa terus memendam perasaan ini, aku tak mau begitu kau tau perasaanku, kau akan langsung pergi meninggalkanku, aku tak mau hal buruk itu terjadi, kalung ini ku berikan khusus untuk mu, maaf, sesungguhnya kalung ini tak pernah jatuh di semak-semak atau yang lainnya, aku hanya membuat alasan agar aku dapat selalu berada di dekatku, maafkan aku, aku sangat mencintaimu, aku harap kau selalu mau memakai kalung ini, mulai hari ini, besok, lusa, dan selamanya...
Aku tak percaya dengan apa yang barusan aku baca, air mata yang inginnya ku bendung kini tak dapat kuhentikan, ''Novan bodoh, kau pergi di waktu yang salah, kau pergi sebelum kau tau perasaanku yang sebenarnya, aku juga menyukaimu, aku ingin kau tau itu..''
Aku menangis. Terus menangis.
***
Itu adalah kenangan terburuku, kini aku sudah menjadi mahasiswi, di hari pertamaku menjadi mahasiswi, tepat nya pada hari ulang tahunku, aku berkenalan dengan seseorang yang langsung mencuri hatiku. Evan. Wajah dan sifatnya begitu mirip dengan Novan, aku menyukainya melebihi segala-galanya, namun Novan akan selalu menjadi yang pertama dihatiku, trimakasih Novan, Evan adalah kado ulang tahun terindah untukku, tapi kau akan selalu jadi kado pertama dan terakhirku yang paling terindah. ''aku menyukaimu, semoga kita dapat berjumpa lagi denganmu di sana''
:')